Sekarang ini di Indonesia sudah menerapkan pendidikan yang berbasis karakter, dimana para pendidik mengharapkan bisa mengubah karakter siswa dari pelajaran yang diajarkan, tetapi pertanyaanya, apakah pendidikan karakter ini benar-benar efisien digunakan untuk mengubah karakter siswa?
Mungkin saja pendidikan karakter ini efisien digunakan waktu dikelas, tetapi setelah pelajaran selesai, siswa pun kembali ke karakter aslinya, dengan kata lain, siswa sesaat berubah karakternya dan kembali lagi ke karakter lainnya, lantas siapa yang musti disalahkan? sekolah? orang tua? lingkungan?
Semua itu ada sangkut pautnya, dimana di sekolah yang menerapkan pendidikan karakter dituntut untuk membuat siswa yang diajar setidaknya bisa merubah karakternya menjadi lebih baik, tetapi masih ada dua faktor lain yang cukulah penting yaitu pendidikan orang tua dan lingkungan.
Dimana pendidikan karakter ini akan berjalan dengan baik atau dikatakan efisien jika diimbangin dengan pendidikan karakter dari orang tua dan lingkungan. Jika orang tuanya saja tidak bisa mendidik anaknya, bagaimana anak tersebut bisa merubah karakternya, terus lingkungan yang buruk, misal ini adalah lingkungan preman, tentu akan berpengaruh juga dengan perkembangan karakter anak.
Jadi apa yang harus dilakukan agar pendidikan karakter ini menjadi efisien? Kalau menurut gue pribadi, orang tua dan lingkungan yang harus mendukung agar pendidikan karakter ini menjadi efisien dan dapat merubah karakter anak, tetapi memang untuk berhasil 100% perlu proses, tidak instan bisa mengubah karakter anak. Kalau menurut para pembaca sendiri?
0 comments:
Post a Comment